Post Power Syndrome
OLG Indonesia, Post Power Syndrome adalah semacam penyakit secara psikologis yang sering dihadapi oleh orang orang yang telah turun dari kekuasaan. Hal ini disebabkan oleh ketidak siapan mental orang tersebut turun tahta. Kekuasaan merupakan kekuatan yang dimiliki seorang pemimpin untuk mempengaruhi para pengikutnya untuk mencapai hasratnya. Birahi yang terlalu besar terhadap kekuasan menyebabkan ketakutan tersendiri bagi mereka yang hilang kekuasaannya.
Bagi orang yang kehilangan kekuasaan maka menjalani masa tanpa kekuasaan ditanggapi dengan berbagai cara. Ada yang bahagia gembira karena terbebas dari pekerjaan rutin yang selama ini mendera kesehariannya. Namun ada juga orang yang merasa kebingungan akan apa yang dikerjakan setelah kehilangan kekuasaannya. Masa tanpa kekuasaan sering ditanggapi dengan perasaan yang bernada negatif, tidak menyenangkan dan bahkan dipandang sebagai masa yang menakutkan. Untuk orang yang seperti ini sering disebut sebagai post power syndrome yaitu sindrom karena dari berakhirnya suatu jabatan atau kekuasaan.
Bagi penderita post power syndrome , biasanya tidak bisa berfikir realistis, bahkan tidak bisa menerima kenyataan, bahwa sekarang sudah bukan pejabat lagi, dan bukan penguasa lagi yang dapat mengatur sesuatu seperti dulu semasa dia berkuasa. Reaksi negatif yang muncul dalam menghadapi masa tanpa kekuasaan adalah merasa minder, malas bekerja, atau muncul kecemasan bahkan berbagai penyakit dan tidak jarang pula individu powerless dan muncul sindrom pasca kekuasaan atau post power syndrome Helmi, 2000.
Individu yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan kehilangan kekuasaan akan merasakan kehilangan sesuatu yang sangat berarti dalam kehidupannya disertai dengan gajala kejiwaan yang kurang stabil yang dikenal dengan post power syndrome (Tjahja, 1991). Post power syndrome banyak dialami oleh mereka yang baru saja kehilangan kekuasaannya.
Post Power Syndrome adalah gejala gejala pasca kekuasaan. Gejala ini umumnya terjadi pada orang yang dulunya mempunyai kekuasaan, selanjutnya ketika kekuasaannya hilang maka akan terlihat gejala-gejala kejiwaan atau emosi yang kurang stabil. Gejala itu biasanya bersifat negatif dan akan semakin memburuk jika individu merasakan adanya gangguan fisik berupa muncul berbagai penyakit.
Kartono (1997) menjelaskan bahwa, post power syndrome adalah gejala yang terjadi di mana penderita hidup dalam baying bayang kekuasaan masa lalunya dan seakan tidak bisa memandang realita saat ini bahwa dia bukan lagi penguasa. Bagi orang yang mengalami post power syndrome akan berdampak negatif terhadap dirinya, dia menjadi sangat sensitif karena masa kejayaannya telah berlalu. Post power syndrome atau sindrom pasca kekuasaan adalah gejala berupa gangguan perasaan, perilaku somatisasi, serta memunculkan keluhan psikososial. Bentuknya bisa ucapan maupun sikap, seperti suka memberi kritikan, perasaan curiga, merasa diperlakukan tidak adil, tertekan, putus asa dan senang ngomel atau ngedumel adalah perilaku yang ditunjukkan oleh individu yang mengalami post power syndrome.
Jika kita merujuk teori Maslow kebutuhan utama manusia adalah kebutuhan mencintai dan dicintai, memiliki rasa aman dan terlindungi, ingin dihargai, ingin dihormati dan kebutuhan afeksionalnya. Orang yang kehilangan kebutuhan afeksional (loss of love object) akan jatuh dalam depresi. Orang yang kehilangan, kehilangan jabatan dan sejenisinya, akan mengalami kekecewaan yang diikuti oleh rasa sesal, bersalah dan lain lain sehingga orang depresi.
Keberadaan jiwa seseorang dapat diketahui malalui sikap, perilaku atau penampilannya. Indikasi kejiwaan yang tidak stabil ditandai oleh menjadi pemarah kalo berbicara diforum suka meledak ledak, berburuk sangka, membanggakan diri sendiri atas kekuasannya dulu, berputus asa. Kesimpulannya post power syndrome adalah bentuk metapatologi yang dialami individu karena kehilangan sesuatu yang dicintainya, seperti kekuasaan dan lain sebagainya. Maslow menjelaskan bahwa bentuk bentuk metapalogi terhadap post power syndrome, yaitu,
- a.Mengamati realitas secara efisien
- b.Penerimaan umum atas kodrat orang-orang lain dan diri sendiri,
- c.Spontanitas, kesederhanaan, kewajaran,
- d.Fokus pada masalah-masalah di luar diri mereka,
- e.Berfungsi secara otonom
- f. Apresiasi yang senantiasa segar, dan
- g.Kreativitas
selain yang disebutkan diatas untuk mengatasi post power syndrome sebagai sebuah solusi untuk mencapai kebahagian maka disarankan agar jangan lupa banyak bersahabat dan bersantai bersama sahabat dan juga dengan semua orang, misalnya ngopi bersama atau bisa juga dengan touring bersama rekan rekan, menyelam melihat keindahan laut yang penting nikmati hidup, nikmati keindahan alam dan jauhi prasangka buruk. Namun bagian penting lainnya adalah jangan iri dengan orang lain dan jangan pernah berhasrat untuk menzalimi orang lain. Salam Leadership. (FM)
Post a Comment